SHoPPiNg DaY
Kemarin dan hari ini diisi dengan kegiatan shopping di pusat perbelanjaan terkenal. Kemarin, saya dan saudara-saudara saya melaju ke Plasa Senayan untuk memburu diskon di Metro. Metro mengadakan program yang sangat menarik, yaitu sale 10-20% mulai pukul 21.00 sampai dengan pukul 23.00. Saya tidak berharap banyak dari event tersebut. Saya cukup mahfum bahwa dengan potongan harga sekalipun, harga barang tersebut pasti masih terasa mahal untuk kantong mahasiswa. Benar saja, hal itu memang terjadi. Saya pulang tanpa menambah satu barangpun di tangan saya. Namun saya cukup puas melihat berbagai pernak-pernik fashion yang ada. Setidaknya apa yang ada di sana bisa menjadi referensi saya ketika saya pergi ke Mangga Dua atau Melawai.
Hari ini, kami pergi lagi ke Mal Taman Anggrek dengan tujuan yang sama, Metro. Berbeda dengan kemarin, saya akhirnya menemukan sandal yang cute. Memang saya telah lama menginginkan sebuah sandal yang bagus dan bisa saya gunakan di kampus. Selama ini saya selalu jatuh hati pada sandal-sandal yang berhak minimal 5 cm. Rasanya tidak mungkin berlarian dengan hak setinggi itu. Bukannya saya meragukan kemampuan diri sendiri, melainkan kemampuan sandal itu untuk mempertahankan ketinggiannya. Kembali ke sandal yang saya taksir tadi, saya sangat excited dan langsung meminta penjaga counternya untuk mencarikan nomor terkecil. Ketika ia membawa sandal berukuran 36, saya langsung mencobanya. Namun harapan saya untuk menjalin hubungan yang erat dengannya langsung pupus. Kaki saya terlalu kecil untuknya atau dengan kata lain, ia terlalu besar untuk saya. Dengan berat hati, saya kembalikan sandal itu kepada penjaganya.
Puas menjelajahi sudut Metro, kami pergi ke Gramedia. Saudara saya ingin mencetak foto dari handphone di situ. Sementara ia mengantri, saya melihat-lihat buku. Ada tiga buku yang membuat saya terpaku. Da Vinci Code, Diary of Anne Frank, dan Perang Eropa. Batin saya bergulat. Saya tidak mau memilih tetapi saya harus karena budget tidak mencukupi. Da Vinci Code, buku yang benar-benar must read. Tadinya saya memutuskan untuk membeli buku itu namun saya teringat teman saya juga memilikinya. Jadi saya bisa meminjam darinya. Akhirnya saya beralih pada Diary of Anne Frank dan Perang Eropa. Hm... Kedua-duanya bernafaskan sejarah Perang Dunia II yang dimotori oleh Adolf Hitler. Saya berpikir lagi. Untuk lebih mengerti tentang sejarah Perang Dunia II, saya harus membaca buku yang lebih memaparkan tentang sejarahnya secara elaboratif. Akhirnya saya menjatuhkan pilihan pada Perang Eropa oleh P.K. Ojong. Mengenai Diary of Anne Frank, akan saya beli ketika saya sudah menyelesaikan Perang Eropa sebagai suplemen pengetahuan saya tentang sejarah tersebut.
Setelah itu, saya berjalan ke Starbucks sementara kedua saudara saya melihat hiasan Natal. Entah mengapa, sedari kemarin saya sangat mengidam-idamkan tiramisu. Setahu saya, Starbucks membuat tiramisu yang sangat enak. Harga yang setinggi langit tidak menghentikan nafsu saya. Benar saja, uang jajan saya langsung habis. Tidak ada sesal sedikitpun di hati saya sebab tiramisu itu tetap terasa seenak yang saya bayangkan. Masih tiramisu terbaik. Selama ini, saya belum menemukan ada tiramisu lain yang mengalahkannya. Lain halnya dengan saya, kedua saudara saya lebih memilih kue-kue dan roti-roti Bread Talk.
Karena hari sudah malam, kami akhirnya pulang ke rumah. Demikianlah akhir (mungkin) kegiatan shopping menjelang Natal ini. Walaupun saya tidak berhasil mendapatkan barang-barang yang saya inginkan, saya tetap puas karena untuk saya, inti kegiatan shopping bukanlah hasilnya melainkan pengalamannya. Sensasi yang muncul ketika melihat barang-barang yang indah. Rasanya seperti melihat pemandangan yang menyejukkan hati. Para laki-laki seringkali tidak mengerti hal ini sehingga mereka sering menggerutu ketika diajak perempuan untuk menemaninya belanja. Padahal sensasinya mirip ketika mereka melihat alat-alat elektronik, game-game, gundam kit, atau hal-hal lain yang disukai mereka. Maka mengertilah naluri kewanitaan kami ini! :)
Hari ini, kami pergi lagi ke Mal Taman Anggrek dengan tujuan yang sama, Metro. Berbeda dengan kemarin, saya akhirnya menemukan sandal yang cute. Memang saya telah lama menginginkan sebuah sandal yang bagus dan bisa saya gunakan di kampus. Selama ini saya selalu jatuh hati pada sandal-sandal yang berhak minimal 5 cm. Rasanya tidak mungkin berlarian dengan hak setinggi itu. Bukannya saya meragukan kemampuan diri sendiri, melainkan kemampuan sandal itu untuk mempertahankan ketinggiannya. Kembali ke sandal yang saya taksir tadi, saya sangat excited dan langsung meminta penjaga counternya untuk mencarikan nomor terkecil. Ketika ia membawa sandal berukuran 36, saya langsung mencobanya. Namun harapan saya untuk menjalin hubungan yang erat dengannya langsung pupus. Kaki saya terlalu kecil untuknya atau dengan kata lain, ia terlalu besar untuk saya. Dengan berat hati, saya kembalikan sandal itu kepada penjaganya.
Puas menjelajahi sudut Metro, kami pergi ke Gramedia. Saudara saya ingin mencetak foto dari handphone di situ. Sementara ia mengantri, saya melihat-lihat buku. Ada tiga buku yang membuat saya terpaku. Da Vinci Code, Diary of Anne Frank, dan Perang Eropa. Batin saya bergulat. Saya tidak mau memilih tetapi saya harus karena budget tidak mencukupi. Da Vinci Code, buku yang benar-benar must read. Tadinya saya memutuskan untuk membeli buku itu namun saya teringat teman saya juga memilikinya. Jadi saya bisa meminjam darinya. Akhirnya saya beralih pada Diary of Anne Frank dan Perang Eropa. Hm... Kedua-duanya bernafaskan sejarah Perang Dunia II yang dimotori oleh Adolf Hitler. Saya berpikir lagi. Untuk lebih mengerti tentang sejarah Perang Dunia II, saya harus membaca buku yang lebih memaparkan tentang sejarahnya secara elaboratif. Akhirnya saya menjatuhkan pilihan pada Perang Eropa oleh P.K. Ojong. Mengenai Diary of Anne Frank, akan saya beli ketika saya sudah menyelesaikan Perang Eropa sebagai suplemen pengetahuan saya tentang sejarah tersebut.
Setelah itu, saya berjalan ke Starbucks sementara kedua saudara saya melihat hiasan Natal. Entah mengapa, sedari kemarin saya sangat mengidam-idamkan tiramisu. Setahu saya, Starbucks membuat tiramisu yang sangat enak. Harga yang setinggi langit tidak menghentikan nafsu saya. Benar saja, uang jajan saya langsung habis. Tidak ada sesal sedikitpun di hati saya sebab tiramisu itu tetap terasa seenak yang saya bayangkan. Masih tiramisu terbaik. Selama ini, saya belum menemukan ada tiramisu lain yang mengalahkannya. Lain halnya dengan saya, kedua saudara saya lebih memilih kue-kue dan roti-roti Bread Talk.
Karena hari sudah malam, kami akhirnya pulang ke rumah. Demikianlah akhir (mungkin) kegiatan shopping menjelang Natal ini. Walaupun saya tidak berhasil mendapatkan barang-barang yang saya inginkan, saya tetap puas karena untuk saya, inti kegiatan shopping bukanlah hasilnya melainkan pengalamannya. Sensasi yang muncul ketika melihat barang-barang yang indah. Rasanya seperti melihat pemandangan yang menyejukkan hati. Para laki-laki seringkali tidak mengerti hal ini sehingga mereka sering menggerutu ketika diajak perempuan untuk menemaninya belanja. Padahal sensasinya mirip ketika mereka melihat alat-alat elektronik, game-game, gundam kit, atau hal-hal lain yang disukai mereka. Maka mengertilah naluri kewanitaan kami ini! :)
Posted in: on Friday, December 24, 2004 at at 12:09 PM