EMPATHY-ALTRUISM: the existence

Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa orang lain. Dengan kata lain, manusia membutuhkan pertolongan orang lain. Orangtua membantu anak dengan mengajarinya berbagai keterampilan sosial agar anak mampu berfungsi dengan baik sebagai anggota masyarakat. Dalam lingkup nasional, perilaku menolong tampak pada saat terjadi bencana tsunami di Aceh. Banyak orang memberikan sumbangan untuk membantu pemulihan korban bencana.

Perilaku menolong menjadi salah satu kajian dalam Psikologi Sosial. Berbagai teori Psikologi Sosial berusaha menjelaskan perilaku ini. Salah satunya, empathy-altruism hypothesis. Perilaku altruis merupakan perilaku menolong orang lain yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan orang yang ditolong, tanpa terlalu mempedulikan kesejahteraan diri dan empati adalah kemampuan seseorang untuk menempatkan diri pada posisi orang lain dan merasakan apa yang dialami orang tersebut. Teori ini mengatakan bahwa jika seseorang merasakan empati terhadap orang lain, ia akan memunculkan perilaku altruis terhadap orang tersebut (Aronson et al. 2003).

Akan tetapi menurut kami, pure altruism tidak pernah ada. Motivasi seseorang untuk membantu orang lain sebenarnya terpulang pada pemenuhan kebutuhan pribadinya. Ketika seseorang menolong orang lain, ia akan merasakan kepuasan tersendiri karena telah berhasil memenuhi kebutuhannya. Salah satunya esteem need. Sudah menjadi konsensus umum bahwa kita harus mengucapkan terima kasih atas pertolongan orang lain. Ucapan terima kasih dan mungkin disertai pujian akan meningkatkan self-esteem seseorang. Selain itu, ia akan mendapatkan reputasi baik di mata orang-orang. Menurut Rogers, seseorang akan merasa memiliki self-esteem yang tinggi apabila ia mendapat feedback yang baik dari lingkungan. Ia merasa bangga karena dirinya berada di ‘atas’ orang lain, setidaknya sama berharga dengan orang lain.

Mengenai empati, kami berpendapat bahwa empati akan muncul apabila didorong oleh motivasi tertentu. Misalnya, kita melihat seorang teman murung setelah mendapat nilai quiz yang buruk. Kita berempati terhadap orang itu karena dulu kita pernah mengalami hal itu dan kita berharap ada orang yang mau memahami dan menghibur kita. Mungkin dulu kita tidak pernah mendapatkannya. Dengan berempati pada orang itu, kita akan merasa lega karena kita tidak seburuk orang lain yang tidak mempedulikan perasaan kita. Atau mungkin juga kita tidak pernah mendapat nilai yang buruk namun kita takut bahwa suatu saat kita akan mengalaminya. Kita memproyeksikan perasaan pribadi kita kepada orang tersebut dengan berempati terhadap orang tersebut. Selain itu, mungkin kita juga berharap orang lain akan melakukan hal yang sama apabila kita mengalami kemalangan.

Inilah yang dimaksud dengan social exchange theory. Teori ini mengatakan bahwa seseorang menolong orang lain dengan mengharapkan suatu imbalan (Aronson et al. 2003). Salah satunya, adalah positive feedback baik dari diri sendiri maupun orang lain. Orang seringkali memegang prinsip belief in just world, bahwa hal baik akan selalu terjadi pada orang yang baik, dalam hal ini suka menolong (Aronson et al. 2003).

Namun kami sering mendengar orang yang mengeluh karena tidak ada orang lain yang membantunya saat kesusahan. Padahal ketika orang lain membutuhkan bantuannya, ia selalu menolong orang tersebut. Dalam cerita rakyat Malin Kundang, dikisahkan bahwa ibu Malin Kundang mengutuk Malin Kundang sebagai anak durhaka karena setelah pengorbanan-pengorbanan yang dilakukannya, Malin menolak mengakui ibunya. Tindakan ibu Malin memikirkan tentang pengorbanan-pengorbannya untuk Malin sudah menunjukkan bahwa ia tidak benar-benar tulus membesarkan anaknya.

Dalam masyarakat Indonesia, dikenal pemeo banyak anak banyak rejeki. Berbeda dengan kebudayaan di Barat yang ‘melepas’ anaknya setelah cukup umur, kebudayaan timur menganggap bahwa anak adalah milik keluarga. Anak diharapkan dapat memperbaiki nasib keluarga dan menjadi sumber kebanggaan keluarga di masyarakat. Misalnya, ada orangtua yang ingin anaknya menjadi dokter karena profesi dokter sangat dihargai masyarakat. Oleh karena itu, mereka membesarkan anak dengan sebaik-baiknya, memberikan fasilitas sebaik yang mereka mampu. Ketika anak tidak berhasil memenuhi harapan orangtua, mereka kecewa dan mungkin menganggap anaknya tidak tahu balas budi. Kembali pada cerita Malin Kundang, ibu Malin mungkin sebenarnya juga ingin mendapatkan penghormatan masyarakat yang bersumber dari anaknya. Berdasarkan ilustrasi-ilustrasi di atas, dapat disimpulkan bahwa pure altruism tidak ada, dalam hubungan orangtua dan anak sekalipun.


by: OLiPH & Joey

Catatan Mentok-Mentok Dikit Nyampe Finish

HIP HIP HURRAY!!!! Akhirnya kemarin saya sudah melangkahkan kaki ke depan pintu gerbang kebebasan saya. Saya sudah melewati tahap ujian akhir Kontes, yang selalu ditunggu dan diharap-harap cemas selama semalam. Saya tidak bisa mencapai kondisi REM alias terbangun-bangun terus. Mungkin night terror (hah, over dech). Walaupun mungkin karena masalah kasih-kasihan, saya yakin 70% gara-gara kompre keesokan harinya. Mungkin sekali-kali saya harus yoga untuk menenangkan batin saya yang tidak keruan juntrungannya. Rasanya saya terperangkap di dunia gelap yang tidak berujung, seperti saya memanggil nama Brad Pitt di kunjung bunga tidur saya namun dia terus berlalu dengan Angelina Jolie yang bikin saya ’mak nyes’. In, pinjem Brad PITT!!! BRAD PITT!!!!!!!!!!!!!!

Kembali pada topik semula, alhasil saya terkantuk-kantuk sampai di kampus dengan wajah garang, tak bergairah, seperti ayam yang mau disabung.

(Soundtrack: Why Does The Sun Go On Shining)

Di Hall C-lah saya bertemu Iin dan kami bercurhat sepanjang pagi menuju Kompre Kontes, lalu mengisi bulletin board dengan judul last supper / perjamuan terakhir. Catharxis, cuy.....

Akhirnya saya dengan bantuan saudari Iin ’menciptakan’ sebuah lagu, yang saya beri judul ’Mars PostKontes’

Oh kontesku ku tidakkulupakan.....

kan terkenang selama hidupku

biarpun saya pergi jauh

tidakkan hilang dari kalbu

Oh kontes kusesali

Engkau kuhargaiiiiiiii

BEBASSSSS!!!!!!! Life oh life.

Secercah sinar harapan menyambut hidup saya, tangan malaikat menarik saya dari jurang kegelapan, dan berakhirlah saya dengan Saudari-saudari Kesedihan (Iin , Enno, dan Nining) di PS: ngiler-ngiler sepatu merah MiuMiu dan saya-Nining mendeklarasikan bahwa kami bersedia menjadi pacar siapapun yang membelikan kami MiuMiu setiap minggu, makan Chicken Maryland Tamani, ’browsing’ lingerie di Metro, menemani Rekan Sebangsa dan Setanah air (Iin) beli es krim Baskin Robbin yang bisa membuat dirinya menyentuh surga, dan menonton X-Men 3(sudah diskala derajat favorableness masing-masing kami oleh Saudari Iin).

Setelah menonton X-Men 3, kami berpisah. Kadet Enno menjemput kekasih hatinya yang sedang ’berciat-ciat’ sedangkan Kadet Nining dan Kadet Iin terakhir-terakhir melalui SMS-nya, saya ketahui berhasil memperoleh buku Brad Pitt yang tentunya membuat saya iri hati sekali. Sedangkan saya? PARTY DONKK!!! Maliq D’essential di NYC, diwawancara Global TV. I’m on the news, man!!

Akhirnya, saya, seperti yang didaulat oleh Jenderal Japro, pulang ke rumah jam 2 pagi dengan selamat sentosa.

LIFE OH LIFE...

(Soundtrack: Life-Desree)

alien mind-invasion & molecular-freak : what a day!

Jakarta, 19 Mei 2005
14:04 Ruang Eksperimen Lt. 6 Gedung C UNIKA ATMA JAYA


Alien mind-invasion

Siang ini di saat saya dan teman sekelompok burnout mengerjakan tugas metode kualitatif, menganalisis duapuluh halaman verbatim wawancara dan melakukan coding dan apapun yang asing bagi kami karena dosen kami lebih sering berdiskusi di kelas dan memukau kami dengan daya analisis yang tajam, tepatnya tidak terpikirkan. Teman saya, Joey, tiba-tiba menyeletuk, “Liv, coba lo cerita ke Fenny soal Yesus dan bayi tabung.” FYI, Joey teman saya yang aneh dan omongannya cuma berkisar selangkangan. Fenny adalah pacar Joey yang lemah lembut, feminin, baik hati, dan saya tak habis pikir mengapa dia mau dengan Joey. Saya teringat cerita guru Tata Negara saya di kelas dan mulailah saya bercerita kepada Fenny yang menatap ingin tahu.

Alkisah pada suatu hari yang entah siang entah malam entah pula di mana tempatnya, alien-alien ingin melakukan percobaan bayi tabung. Seperti yang dilakukan para produsen obat di Amerika yang mencobakan obat antimual untuk orang hamil kepada orang-orang India yang akhirnya menghasilkan produk (baca: bayi) cacat, alien-alien menjadikan manusia, yang notabene adalah makhluk yang lebih rendah dan mudah dibodohi-bodohi, sebagai kelinci percobaan. Maka dikirimlah malaikat yang sebenarnya alien untuk memukau Maria dengan cahayanya dan mengirimkan pesan yang dipoles sedemikian bagusnya yang inti sebenarnya meminta Maria sebagai kelinci percobaan.

Mengandunglah Maria, dan turut serta bersamanya, Yusuf, yang percaya dengan cerita Maria, berjalan menuju Betlehem untuk ikut sensus penduduk. Di tengah jalan, Maria ingin melahirkan dan berakhirlah ia di kandang domba. Bum! Yesus lahir. Malaikat bersuka ria menyanyikan Gloria, yang sebenarnya adalah sekumpulan alien yang sedang bersuka ria karena percobaan bayi tabungnya berhasil. Akhirnya Yesus, yang sebenarnya alien, mengajar manusia-manusia yang saat itu masih rendah peradabannya (mereka suka membunuh, mencuri, berbohong, dan sebagainya). Untuk kepentingan itu, Yesus melakukan mukjizat, seperti mengubah air menjadi anggur, berjalan di atas air, dan sebagainya. Singkat cerita, kelahiran dan karya Yesus adalah misi alien. Mengenai orang Majus dari timur yang dituntun bintang timur menuju Yesus, sebenarnya bintang timur itu adalah UFO.

Ini adalah salah satu versi penjelasan dari misteri penciptaan yang tidak pernah terbukti dan selalu menarik saya untuk bermain-main dengan kemungkinan-kemungkinan.



Jakarta, 19 Mei 2005
14:50 Ruang Eksperimen Lt. 6 Gedung C UNIKA ATMA JAYA

Molecular-freak

Pernahkan anda berpikir bahwa dunia kita sebenarnya terdiri atas beberapa dimensi? Mungkin tidak. Lain halnya dengan saya dan Joey. Menurut pemikiran kami yang cukup ngalor ngidul, makhluk yang kita sebut sebagai manusia, hewan, dan tumbuhan sekarang tinggal dalam suatu dimensi. Suatu saat, dimensi ini akan penuh apabila tidak ada ‘kematian’. Kematian merupakan usaha evolusi untuk mempertahankan density dimensi ini. Manusia mati, menjadi arwah, yang sering disebut hantu atau arwah gentayangan. Hal ini mungkin dianggap kegaiban di dunia Barat, tetapi berbeda di negara kita. Hantu dan segala atribut kearwahannya menjadi hal yang lazim. Tidak percaya? Silakan anda nyalakan televisi, dan mulailah untuk menonton sinetron-sinetron Indonesia.

Mari kita fokuskan pada manusia karena manusia selalu menarik bagi kita. Tentunya narsisme kita menuntut kita untuk tetap berorientasi pada diri. Jangan-jangan, manusia mati sebenarnya tidak mati. Dengan kata lain, manusia kekal. Kematian manusia hanyalah perpindahan dimensi. Suatu saat, hantu-hantu bisa menampakkan diri. Itu adalah usaha untuk berpindah dimensi namun tidak berhasil (karena hantu tidak menjadi manusia). Kemudian suatu saat, dimensi hantu, sebutlah dimensi B, juga bisa penuh. Evolusi pun bersikap adil. Ia menciptakan adanya reinkarnasi agar manusia di dimensi B bisa berpindah ke dimensi A (dimensi yang saya, Joey, dan teman-teman sekalian tinggali). Jadi kematian dan kelahiran hanyalah permainan perpindahan dimensi.

Kalau manusia bisa melebihi usaha evolusi, menguasai perpindahan dimensi, katakanlah bermain-main dengan struktur molekul manusia, manusia bisa seenaknya jadi hantu dan jadi orang. Jika perpindahan antardimensi bisa dilakukan, tentunya perpindahan intradimensi juga bisa dilakukan dengan mudah. Kita bisa berpindah tempat hanya dengan mengurai dan membentuk molekul kita kembali. Bayangkan keuntungan yang bisa kita dapatkan. Selain urusan efisiensi (kembali lagi pada kepentingan diri sebagai bentuk egoisme narsisme), kita juga menjaga keseimbangan ekosistem. Tidak perlu lagi ada pencemaran lingkungan dan segala urusan tetek bengek efek rumah kaca.

power of perception

bagaimana proses pemikiran manusia untuk sampai pada suatu penilaian? misalnya, saya menilai bahwa Brad Pitt seksi. aspek-aspek apa dari Brad Pitt yang membuat saya menilai pria itu seksi? saya berpikir, mungkin tubuhnya yang atletis. tapi Matthew McConaughey juga punya tubuh seksi. bahkan abs-nya lebih terbentuk. mungkin tatapan matanya menawan hati. tapi Jude Law punya tatapan yang lebih dashyat. lantas mengapa saya bisa menilai Brad Pitt paling seksi? ternyata sulit sekali bagi saya untuk membedah metakognisi saya. dan saya rasa demikian pula dengan sebagian besar orang. padahal manusia selalu menilai dan sebagai akibatnya, setiap manusia pun jadi objek penilaian. mengapa? tampaknya manusia perlu frame berpikir atau skema dalam mempersepsi apapun yang terjadi, termasuk mempersepsi orang lain. yah ini sudah dibahas pada bab social cognition pada mata kuliah Psikologi Sosial I. saya hanya meringkasnya sedikit materi tersebut.

hari senin kemarin, saya baru melewati pengujian comprehension untuk eksperimen yang telah kelompok saya jalankan. konon dosen penguji adalah dosen yang terkenal kritis dengan pertanyaan-pertanyaan 'menggigit'. apalagi dalam menjawab pertanyaan, sesama anggota kelompok tidak boleh berdiskusi. pada saat pengujian kelompok lain, pertanyaan saya dipilih dosen untuk dilemparkan kepada anggota kelompok tersebut. pertanyaan saya didasarkan pada teori-teori yang mereka gunakan. mengenai kejelasannya. saya melewatkan bagian statistik pada paper mereka karena saya malas membaca angka-angka. kepala saya sudah terlalu berat dan saya terlalu mual untuk berpikir. dosen penguji menanyakan statistik kepada mereka dan pada saat itu, barulah saya sadar bahwa mungkin ada kesalahan dalam statistik tersebut. dan bertanyalah saya dan sayapun memberikan jawaban yang menurut saya benar. tujuan saya untuk membantu mereka menemukan jawaban walaupun usaha saya kurang berhasil (mereka semakin bingung). akan tetapi, mungkin ada orang yang menganggap saya mencecar mereka. hal ini saya simpulkan dari permintaan seorang teman kelompok lain yang belum mendapat giliran, untuk tidak mencecar kelompoknya. saya menyetujui.

pagi ini, teman saya bercerita bahwa dirinya masuk angin dan keracunan makanan. ia sampai muntah-muntah sepanjang malam. ia juga bercerita sakit maag-nya sering kambuh pada saat ia mengerjakan tugas eksperimen. ia mengeluh bahwa tugas mata kuliah tersebut membebaninya sedemikian berat sehingga ia mengalami penurunan kondisi kesehatan. saya menyimpulkan ia stress. ia mempersepsikan adanya beban dari mata kuliah tersebut dan menganggap tugas tersebut sulit diselesaikan.

aspek penilaian terhadap mata kuliah tersebut menjadi benang merah dari kedua cerita di atas. pertama, kegugupan dan kecemasan akibat penilaian bahwa pengujian adalah pembantaian. perasaan tersebut dialami oleh baik kelompok yang mendapat giliran maupun yang menunggu giliran. kelompok yang sedang maju beberapa kali salah menangkap inti pertanyaan yang diajukan, menjawab dengan cara berputar-putar atau berbelit-belit, tampak gugup (sindrom ng.... ng...), dan sebagainya. kelompok yang sedang menunggu giliran berharap-harap cemas agar nasib mereka lebih baik dari kelompok lain. salah satu caranya adalah dengan meminta kelompok lain untuk tidak 'mencecar'. dalam situasi menekan, pertanyaan yang diajukan dianggap sebagai ancaman. padahal yang saya tangkap dari proses comprehension ini adalah feedback untuk kelompok dari kelompok lain dan dosen beserta asistennya melalui pelemparan pertanyaan. selain itu, comprehension ini bertujuan untuk memberikan nilai individual. berdasarkan proses ini, dapat diketahui sejauh mana pemahaman masing-masing anggota kelompok. ketika sudah memasuki proses ini, anggota kelompok sudah berjuang dengan atributnya sendiri, memperjuangkan nilainya sendiri. jadi, tidak ada tujuan untuk membantai eksperimen yang telah dijalankan kelompok. pada peristiwa kedua, teman saya mempersepsikan bahwa mata kuliah ini sangat berat, sangat sulit, dan menakutkan sehingga ia mengalami kecemasan-kecemasan yang mengakibatkan dirinya stress. akibat lebih lanjut dari stress adalah penurunan kondisi kesehatan (yang paling tampak), mungkin disertai pula penurunan motivasi belajar.

berdasarkan hal-hal yang telah disebutkan di atas, saya berkesimpulan , menyetujui pendapat Mas Satriyo Wibowo (dosen metode kualitatif), bahwa kenyataan subjektiflah yang berpengaruh terhadap tingkah laku seseorang. orang berhubungan dengan realitas objektif melalui sensasi dan persepsi. melalui indera, manusia mensensasi stimulus dari lingkungan. kemudian, informasi sensasi tersebut diproses dan dihasilkanlah suatu pemaknaan subjektif atau kenyataan subjektif. inilah persepsi. persepsi A bahwa comprehension eksperimen menjatuhkan membuat A stress.

lantas bagaimana caranya untuk mengubah persepsi seseorang? jawabannya, persepsi bisa diubah apabila salah satu variabel pembentuk persepsi atau lebih diubah. misalnya, persepsi bahwa itik merah bisa diubah dengan menghadirkan itik putih. persepsi yang bersifat kognitif masih jelas. namun bagaimana dengan persepsi yang bersifat emosional? misalnya persepsi bahwa comprehension eksperimen membantai kelompok. tidak ada bukti nyata yang benar-benar mendukung pendapat ini, namun mereka mempercayainya. ada komponen afektif atau emosional di sini, misalnya kecemasan, ketakutan, dan sebagainya. perasaan seringkali timbul tanpa kita tahu apa sebabnya. oleh karena itu, diperlukan emotion-focused coping. Emotion-focused coping adalah usaha mengatasi stress yang diarahkan pada emosi, misalnya mengatasi kecemasan. Misalnya, dengan mencoba positive thinking. dengan perasaan tenang, kita pun akan berpikir dengan lebih jernih.

"pesan moral", kelompok yang nanti maju hari Jumat, usahakan jangan terlalu tegang-tegang, jangan berpikir macam-macam. relax and good luck!