PeDaS=LaMBaNg DeRiTA?

Gara-gara terlalu banyak mengonsumsi makanan yang asam dan pedas, alhasil saya sakit perut malam harinya dan masih berlanjut sampai sekarang. Yah cukup membuat saya menderita sampai saya berpikir untuk membatalkan jadwal ke salon hari ini. Sebenernya saya pun masih bingung mau melakukan apa di salon. Mau potong rambut atau cat rambut? Sampai sekarang, masih tanda tanya yang membekas di benak saya.

Kembali lagi ke sakit perut ini, saya berpikir... Kenapa orang suka makan yang pedas dan asam? Bahkan ada beberapa orang yang saya kenal yang sangat addicted dengan rasa pedas. Sensory threshold mereka di atas orang pada umumnya. Setahu saya, kesukaan terhadap rasa pedas itu tidak alami, tapi dipelajari. Apa yang membuat mereka rela belajar makan pedas padahal sebenarnya pedas itu adalah rasa sakit? Apa karena mereka punya sisi sadomasokis (mild)?

Jangan-jangan kesukaan terhadap rasa pedas timbul dari keinginan mereka untuk mengingatkan diri bahwa hidup itu tidak selamanya menyenangkan. Selalu ada rasa sakit di dalamnya. Mungkin saja orang yang suka makanan yang sangat pedas, sebenarnya ingin menunjukkan pada dirinya dan orang lain bahwa ia orang yang tahan banting. Dalam hal ini, orang belajar suka makanan pedas sebagai simbol bahwa kita harus terus mengasah diri atau berlatih menghadapi rasa sakit agar kita bisa lebih tabah atau tahan banting.

Sebenarnya apa itu penderitaan (=rasa sakit) ? Menurut saya, penderitaan adalah salah satu bentuk persepsi. Demikian pula kebahagiaan. Dalam hidup kita sehari-hari, tentunya kita menghadapi berbagai kejadian. Kita mensensasi pengalaman kita itu lalu kita mempersepsikannya. Kejadian itu bisa kita persepsikan sebagai hal yang positif (kebahagiaan) atau sebagai hal yang negatif (penderitaan).

Dua orang teman pernah mengatakan pada saya, bahwa hidup itu adalah penderitaan. Jika kita menganggap hidup demikian, satu kejadian baik dipersepsikan sebagai bahagia yang amat sangat, berlipat ganda rasanya. Saya tidak mengatakan bahwa pendapat mereka salah. Benar dan salah pun sebenarnya relatif, tergantung masing-masing orang. Saya hanya ingin mengatakan bahwa bagi saya, akan lebih baik jika menganggap hidup ini bahagia. Berbagai kejadian seperti kehilangan, nilai buruk, perselisihan, dan sebagainya jika dipersepsikan sebagai suatu kejadian yang baik (membahagiakan), kita akan mampu menarik nilai positif yang tersirat. Alangkah baiknya pula nilai positif itu memperkaya diri kita dan menjadikan diri lebih dewasa.

Ketika saya menulis sampai line ini, saya masih merasakan sakit perut. Mungkin hal ini yang terjadi pada orang yang terlalu menganggap hidupnya menderita. Maksud saya bukan sakit perut. Sakit yang dimaksud di sini sakit hati, sakit jiwa, sakit dalam arti psikologis walaupun mungkin saja berdampak pada fisik.

Akhir kata, saya tidak bermaksud untuk mengkritik kesukaan seseorang terhadap rasa pedas. Saya pun suka makanan pedas. Saya hanya mencoba untuk menuangkan pemikiran yang terinspirasi oleh sakit perut ini. :)

0 comments: