romantis.

kata orang, saya bermasalah. saya tidak romantis dan masalah ini semakin mencuat di minggu kasih sayang ini (baca: valentine). saya sendiri bingung dengan hal ini. kalau saya disuruh mengkonstruksi alat ukur romantisme, saya pasti akan bingung. pertama, tidak ada definisi (teoritis) yang jelas tentang perilaku romantis. kedua, jika step pertama tidak dapat dilakukan dengan baik, bagaimana saya bisa mendefinisikan secara operasional. selanjutnya, bagaimana saya bisa menurunkan konstruk romantisme ke dalam domain behaviour, indicants, dan akhirnya item-item yang benar-benar merepresentasikan konstruk tersebut.

seperti apa perilaku yang dikategorikan romantis? apakah perilaku romantis bak yang kerap ditayangkan dalam telenovela-telenovela: mengirimkan puisi, bernyanyi di bawah balkon, berkata-kata "sayangku, cintaku, aku cinta padamu (dan sebagainya)"? atau makan malam 'romantis' di restoran mewah (candlelight dinner)? kalau demikian, orang yang tidak punya cukup uang akan kehilangan kesempatan berperilaku romantis.

apa pentingnya berperilaku romantis? kebanyakan orang menjawab untuk menyenangkan pasangan, sebagai ekspresi cinta. saya kemudian bertanya lagi, apa beda romantis dengan gombal? apa dalam setiap perilaku romantis, akan selalu terkandung kegombalan, berapapun kadarnya? kalau begitu, saya tidak akan senang karena menurut saya, kegombalan adalah penipuan. suatu hubungan yang baik, menurut saya, harus menjunjung asas kejujuran. maksud saya, lebih baik seorang menjadi dirinya sendiri. kalau tidak bisa tulis puisi, tidak usah sok-sok tulis puisi, cukup katakan dengan kata-kata lugas. kalau tidak biasa ber'aku-kamu' ria, ya tidak perlu, daripada janggal. jika ingin menjalin hubungan yang baik, menurut saya, harus ada keterbukaan, kejujuran, dan keinginan untuk mempertahankan hubungan. itulah yang harus dilakukan untuk menyenangkan orang lain yang kita cintai, ekspresi cinta semurni-murninya.

a matter of look

minggu kemarin, saya baru saja potong rambut di salon langganan tante saya. hairstylist di sana menyarankan saya untuk mengganti model rambut saya yang ia anggap biasa-biasa saja, rambut panjang dengan layer. saya jarang ke salon. kalau tidak berantakan sekali, saya tidak akan pergi ke salon. saya juga kurang peduli dengan model rambut. asal panjang apapun boleh. setengah jam kemudian, rambut saya berubah. saya tidak bagus mendeskripsikan perbandingan model rambut karena seperti yang sudah saya tulis, saya tidak terlalu mengerti. yang saya tahu kesan saya terhadap diri saya sendiri berubah.

saya observasi, ternyata demikian pula dengan kesan orang lain terhadap saya. mereka lebih ramah dan mereka cenderung lebih santai berinteraksi dengan saya. memang saya terkesan lebih 'terbuka' dan outgoing. hal ini membuat saya teringat pada tulisan di harian Kompas yang entah terbitan kapan (saya sendiri jarang baca koran), bahwa kita bisa menyenangkan orang lain dengan penampilan kita. tanpa bermaksud menjadi narsis, penampilan baru saya menyenangkan orang lain. dengan kata lain, saya lebih ok. :Þ