kalung dan perbedaan

hari ini saya dapat kalung dari seorang teman yang biasanya berpakaian selayaknya gembel ke kampus. kaos belel dan celana pendek, dipadu dengan sandal atau sneakers merah yang sudah layak dimuseumkan. teman saya ini punya bakat seni yang bagus sekali, terutama dalam musik. dia jago main gitar, main flute, dan akhir-akhir ini sedang mengasah kemampuannya dalam obo, alat musik yang baru pertama kali saya dengar. kemarin hari, dia bersama bandnya, kalau tidak salah namanya jazzyphonic, diundang untuk perform di bali jazz, menginap di hotel bintang lima (Hard Rock). hari ini saya menyombongkan bandul merah yang ayah saya beli di kanada. rantainya sudah rusak, terpaksa saya 'jalin' dengan pita hitam kecil, supaya masih bisa dikalungkan di leher saya. tak dinyana, dia malah mengeluarkan sebuah kalung etnik dengan bandul marmer yang diukir dan dibentuk seperti bunga, dengan lubang berbentuk lingkaran di tengahnya. di atas bandul itu, dihiasi lagi dengan batu-batuan berwarna cokelat dan turquoise. kalung yang sangat indah, saya tak menyangka dia punya selera sebagus itu. saya pikir estetikanya cuma di musik. saya iseng memintanya dan tak disangka-sangka lagi, dia memberikannya pada saya. HORE!!!

memang terdengar bodoh untuk seorang perempuan di era emansipasi ini, ketika ia terlalu senang untuk hal-hal seperti ini. namun saya pikir perempuan suka keindahan dan saya yakin laki-lakipun demikian walaupun objeknya mungkin berbeda. saya suka dengan fashion, laki-laki (kebanyakan yang saya kenal) suka dengan mobil. sama-sama toh. kadang laki-laki tidak mengerti perempuan, begitupun perempuan dengan laki-laki. saya pikir hubungan antara laki-laki dan perempuan itu tidak harus didasarkan oleh saling mengerti, yang penting saling menghormati, toleransi. perbedaan itu ada di segala aspek kehidupan manusia, individual differences! menerima perbedaan itu sulit. saya sangat kagum pada suami istri yang usia pernikahannya lama, bahkan sampai ditinggal mati. tidak perlu masih mesra, masih berada dalam lembaga ikatan yang sama saja sudah hebat. makanya saya takut menikah.

0 comments: