Superman-ku oh Superman...
Kemarin, untuk pertama kalinya saya nonton di Djakarta Theater. Gedung bioskop yang antik, dulunya jadi urusan Pemda tapi sekarang diambil 21, dan besar sekali. Begitu besarnya, sampai kata Iin, "Kalo nyari bangku di sini, lo bisa nyasar. Mesti manggil 'In... In...'". Begitu kira-kira. Saya diculik Inayah Agustin, "Welcome to the club!", katanya. Anggotanya? Sudah ada Inayah Agustin, Echa, Timo (kembaran Mas Japro - sumpah mirip banget), dan menyusul Olivia. Khukhukhu. Tak tanggung-tanggung pula yang kami tonton premier Superman Returns. Film superhero klasik, yang dipastikan penontonnya bakal membludak, dari anak kecil sampai oom-oom dan tante-tante. Mungkin juga kakek-nenek. Entah apa daya tariknya. Begitu tidak manusiawinya sampai-sampai pakai celana dalam di luar. Tapi tetap saja banyak yang suka. Saya sih terus terang tidak begitu 'in'. Superhero lagi heboh di industri film dan saya sebagai salah seorang penikmat film merasa harus tahu. Jadilah saya menonton di sana.
Tentu saja ekspektasi saya adalah cerita superhero. I mean, kepahlawanan! Walaupun klasik, yang baik menang dari si jahat. Saya ingin tahu detail cerita pergulatan itu. Bukan kisah cinta picisan ala telenovela! Inilah yang saya alami dengan Superman. Fernando Jose, diganti superman. Kecewa? Jelas. Marah? Tentunya. Tanyakan saja pada Iin dan Echa. Reaksinya pasti sama walaupun derajat atau intensitasnya berbeda-beda.
Energi negatif memenuhi saya, menggelegak, mendorong saya untuk tak henti-hentinya mengata-ngatai film itu. Reaksi yang mendengar bermacam-macam. Ada yang, "untung gue gak nonton. emang gue udah feeling filmnya ga asik." Sok tahu, tapi tidak apalah. Hak masing-masing pribadi. "Emang gue gak suka. Masa' jagoan pake celana dalem di depan.". Ada juga, "Yah, padahal gue udah rencana pengennonton lho." "Ah masa sih sejelek itu, dari trailer-nya, kayaknya lumayan deh." Trailer memang suka menipu. Namanya juga jualan. Reaksi lain (yang belum nonton), "Ah lu kan belum pernah nonton Superman yang pertama." Hm. Mungkin. Tapi saya menunggu komentarnya setelah menonton.
Oh ya, perlu saya tambahkan. Perempuan, yang nonton di sebelah kanan saya, ngorok. Bukan menguap. Tapi benar-benar ngorok, seperti bunyi babi!
Tapi kalau dipikir-pikir, walaupun super tidak puas, paling tidak saya masih 'happening' gaul...
Tentu saja ekspektasi saya adalah cerita superhero. I mean, kepahlawanan! Walaupun klasik, yang baik menang dari si jahat. Saya ingin tahu detail cerita pergulatan itu. Bukan kisah cinta picisan ala telenovela! Inilah yang saya alami dengan Superman. Fernando Jose, diganti superman. Kecewa? Jelas. Marah? Tentunya. Tanyakan saja pada Iin dan Echa. Reaksinya pasti sama walaupun derajat atau intensitasnya berbeda-beda.
Energi negatif memenuhi saya, menggelegak, mendorong saya untuk tak henti-hentinya mengata-ngatai film itu. Reaksi yang mendengar bermacam-macam. Ada yang, "untung gue gak nonton. emang gue udah feeling filmnya ga asik." Sok tahu, tapi tidak apalah. Hak masing-masing pribadi. "Emang gue gak suka. Masa' jagoan pake celana dalem di depan.". Ada juga, "Yah, padahal gue udah rencana pengennonton lho." "Ah masa sih sejelek itu, dari trailer-nya, kayaknya lumayan deh." Trailer memang suka menipu. Namanya juga jualan. Reaksi lain (yang belum nonton), "Ah lu kan belum pernah nonton Superman yang pertama." Hm. Mungkin. Tapi saya menunggu komentarnya setelah menonton.
Oh ya, perlu saya tambahkan. Perempuan, yang nonton di sebelah kanan saya, ngorok. Bukan menguap. Tapi benar-benar ngorok, seperti bunyi babi!
Tapi kalau dipikir-pikir, walaupun super tidak puas, paling tidak saya masih 'happening' gaul...
Posted in: on Friday, June 30, 2006 at at 11:08 AM