VIRGINITAS DAN SAYA
VIRGINITAS DALAM MASYARAKAT
PENGERTIAN UMUM VIRGINITAS
Sebagian besar masyarakat mendefinisikan virginitas secara biologis. Menurut mereka, virginitas adalah suatu kondisi dimana orang belum pernah melakukan hubungan seksual. Pada perempuan, virginitas ditandai dengan utuhnya selaput dara. Selaput dara yang utuh mengindikasikan bahwa perempuan pemiliknya adalah perawan. Selaput darah bisa sobek atau tidak ada karena berbagai macam penyebab, antara lain:
- Hubungan seksual
Penetrasi penis dan vagina menyebabkan sobeknya selaput dara. - Kecelakaan
Selaput dara bisa sobek karena kecelakaan seperti jatuh dari sepeda, jatuh dari kuda, dan seterusnya. - Bawaan sejak lahir
Jika seorang perempuan tidak mempunyai selaput dara sejak lahir, perempuan tersebut tetap dicap tidak perawan.
Sedangkan laki-laki tidak memiliki parameter secara biologis mengenai virginitas.
VIRGINITAS DALAM KULTUR INDONESIA
Kultur masyarakat Indonesia memandang seks sebagai suatu hal yang sakral, yaitu sebagai wujud cinta kasih dan untuk meneruskan keturunan. Keluarga adalah hal yang penting. Oleh karena itu, seks ’dilegalkan’ ketika sepasang laki-laki dan perempuan telah mengikatkan diri dalam sebuah lembaga perkawinan. Dengan kata lain, virginitas hanya boleh ’dilepas’ ketika sudah menikah. Atau bisa juga dikatakan bahwa seks pranikah dilarang.
Pandangan ini dipengaruhi banyak ataupun sedikit dari agama-agama yang ada di Indonesia. Indonesia memiliki lima agama resmi, antara lain Islam, Kristen, Katolik, Hindu, dan Buddha. Kelima agama ini melarang seks pranikah. Artinya kelima agama ini menganggap penting virginitas. Oleh karena pengaruh agama besar dalam masyarakat, nilai-nilainya juga melembaga dalam kultur masyarakat.
Laki-laki ataupun perempuan harus menjaga virginitasnya sebelum menikah. Namun isu virginitas seringkali dikaitkan dengan perempuan dan seakan-akan yang bertanggung jawab menjaga virginitasnya adalah perempuan. Hal itu disebabkan oleh ketiadaan penanda virginitas bagi laki-laki seperti selaput dara pada perempuan.
Seorang perempuan dinilai apakah ia pantas bagi seorang laki-laki, salah satunya, berdasarkan virginitasnya. Ketika seorang perempuan tidak dapat menjaga virginitasnya, ia dicap sebagai perempuan murahan. Ia cenderung dimusuhi oleh masyarakat dan bahkan dikucilkan. Betapa berat beban seorang hawa!
Laki-laki bisa melepaskan virginitasnya kapan saja ia mau dan tidak diketahui oleh masyarakat. Lama-kelamaan terjadi pergeseran nilai budaya dalam suatu kelompok masyarakat. Seorang pria dianggap jantan apabila ia mengambil virginitas banyak perempuan. Betapa menyedihkan.
Seiring dengan era globalisasi, banyak nilai-nilai budaya asing , terutama budaya barat, masuk ke dalam kebudayaan Indonesia. Dalam budaya barat, seks sudah bukan lagi suatu hal yang sakral. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa menurut kultur Indonesia, virginitas mulai kehilangan kesakralannya.
VIRGINITAS DALAM PANDANGAN SAYA
PEREMPUAN: SELAPUT DARA, PRIA: ???
Melihat kenyataan yang demikian, saya bertanya-tanya. Mengapa Tuhan menciptakan perempuan dengan selaput dara yang mengindikasikan virginitas dirinya? Mengapa Tuhan tidak melakukan hal yang sama terhadap laki-laki? Betapa tidak adilnya Tuhan!
Akan tetapi setelah saya renungkan lebih lanjut, pertanyaan saya adalah pertanyaan yang tidak mungkin mampu dijawab manusia. Hanya Tuhan yang tahu jawabnya. Yang bisa saya katakan dari proses kontemplasi saya adalah bahwa sebenarnya yang memberikan nilai virginitas adalah manusia. Yang membuat selaput dara sebagai indikator virginitas perempuan adalah manusia.
Saya berkesimpulan bahwa manusia tidak adil. Manusia memilih selaput dara sebagai indikator virginitas seorang perempuan, sedangkan laki-laki tidak ditentukan indikatornya.
Jika alasannya secara biologis laki-laki memang ditakdirkan tidak diketahui kevirginitasannya, manusia tidak berhak menilai virginitas perempuan dari kondisi fisiknya pula. Lagipula selaput dara bisa saja hilang bukan karena hubungan seksual melainkan kecelakaan atau bawaan sejak lahir.
Kalau memang virginitas itu penting dan perlu dicari indikatornya, carilah indikator yang memperlakukan laki-laki dan perempuan secara adil. Dimulai dengan mengubah pengertian virginitas. Menurut saya pribadi, virginitas adalah suatu kondisi dimana seorang individu belum pernah benar-benar melakukan hubungan seksual. Hubungan seksual yang saya maksud di sini adalah hubungan seksual atas dasar kasih sayang (cinta) yang mendalam, bukan hubungan seksual dengan paksaan seperti pemerkosaan maupun hubungan seksual hanya karena kesenangan.
Kemudian dari penyataan saya di atas, mungkin akan timbul pertanyaan, ”Bagaimana kita dapat mengetahui seseorang virgin atau tidak jika tidak ada indikator pasti yang bisa diukur seperti selaput dara?” Seperti yang saya singgung sebelumnya, virginitas lepas apabila seseorang telah melakukan hubungan seksual atas dasar cinta. Salah satu dasar dari cinta adalah kepercayaan. Apabila pasangan mengatakan bahwa ia belum melepaskan virginitasnya (tentunya dalam konteks yang telah saya kemukakan), percayalah bahwa ia masih virgin.
MAKNA VIRGINITAS
Setelah saya mencoba memberikan definisi dari perspektif pribadi saya terhadap virginitas, saya ingin mengemukakan pendapat saya tentang makna virginitas. Apa perbedaan definisi dengan makna? Definisi adalah penyataan yang mendeskripsikan suatu fenomena. Sedangkan makna adalah pentingnya fenomena itu.
Untuk saya pribadi, virginitas memang penting dan alangkah baiknya dijaga. Saya, sebagai seorang perempuan, ingin memberikan virginitas saya kepada orang yang benar-benar saya anggap tepat (baca: orang yang saya cintai).
Walaupun virginitas penting, saya juga sadar bahwa ada hal-hal lain yang lebih penting daripada hal itu. Masih ada loyalitas, kepercayaan, kejujuran, kemurahan hati, dan seterusnya yang posisinya berada di atas virginitas. Mengutip perkataan dari seorang kawan, ”virginitas adanya di nomor 17”. Tentunya teman saya tidak memaksudkannya secara harafiah. Ia ingin mengatakan bahwa virginitas bukan hal yang terpenting.
Andaikan anda mempunyai pasangan yang sangat cocok dengan anda dan sangat menyayangi anda. Ia sangat memahami anda, selalu berada di sisi anda saat suka ataupun duka, rela berkorban untuk anda tetapi ia tidak virgin. Apakah adil bagi ia dan anda jika anda ingin meninggalkannya hanya karena ia tidak virgin?
Menurut saya, orang-orang yang benar-benar mencari pasangan hidup pasti mengharapkan pendampingan dan berbagi suka dan duka. Hal inilah yang menjadi prioritas utama. Apakah virginitas dapat memenuhi harapan saya? Jawabnya tentu tidak. Untuk saya, virginitas hanyalah aksesori tambahan, bukan hal yang esensial. Boleh ada boleh tidak.
KESIMPULAN
Virginitas memang selalu menjadi isu yang menarik untuk dibahas karena mengundang banyak kontroversi, misalnya tentang definisinya. Masih belum ada definisi yang jelas mengenai virginitas. Apakah virginitas adalah keadaan dimana seseorang belum pernah melakukan hubungan seksual secara sadar, secara dipaksa, atau belum pernah melakukan hubungan seksual yang dilandasi oleh rasa cinta?
Juga terjadi perbedaan pendapat mengenai makna virginitas. Ada yang menganggap virginitas bukan hal yang terpenting. Ada juga yang menganggap virginitas hal yang sangat penting dan bahkan menentukan seseorang layak atau tidak.
Oleh karena belum ada batas yang jelas mengenai virginitas, kita diberikan kebebasan untuk menciptakan pemikiran kita sendiri. Anggaplah kebebasan ini sebagai makanan untuk proses kognitif kita. Kebebasan ini tentu akan melahirkan banyak perbedaan. Bukankah perbedaan mengakibatkan dunia kita semakin menarik.
P.S: Saya menulis topik ini untuk tugas akhir mata kuliah Filsafat Umum dan Logika. Tulisan ini saya muat di sini dengan berbagai perubahan untuk tujuan adaptasi.
Posted in: on Sunday, February 20, 2005 at at 6:23 PM
Yupy...saya setuju pada ungkapan "virginitas ada pada no 17".Tapi bukan berarti virginitas harus di nomor 17_kan,saat ke"virgi"nan terancam khan...?Entah itu "terancam" oleh orang jahat maupun orang yang Anda cintai,bagaimanapun juga virginitas harus dijaga dan dipertahankan sekalipun dengan orang yang kita cintai.Virginitas atau keperawanan memang terasa tidak adil (terutama bagi wanita)jika menjadikan selaput dara sebagai indikatornya,salah satu alasanya seperti yang anda tulis tersebut.Tapi kalau menurut saya virginitas atau keperawanan,dan pelakunya disebut wanita perawan adalah para wanita yang belum pernah melakukan hubungan seksual sblm si wanita tersebut menikahTITIK Terimakasih.Salam