Posted in: on Wednesday, June 29, 2005 at at 6:14 PM 0 comments
Shoes Stuff
Seberapa penting sih arti benda penyangga atau alas kaki yang notabene 'terinjak' dan kotor (minimal bagian dasarnya). Buat saya, sepatu sangatlah berharga, penting! Sepatu memberikan kontribusi yang sama seperti apparel dalam hal fashion. Buktinya saya patah hati ketika melihat sepatu putih saya lecet di bagian haknya... Hiks...
Posted in: on Sunday, June 26, 2005 at at 6:48 PM 1 comments
Jia you!
Di antara mahasiswa-mahasiswa yang sedih dan menyesal karena turun nilainya, banyak yang sebenarnya mendapat nilai yang cukup baik. Katakanlah minimal B. Wah, di mata orang lain, nilai B sudah cukup memuaskan. B = Baik. Akan tetapi untuk orang-orang yang need achievementnya tinggi, nilai B seperti nilai C atau yang lebih ekstrim seperti nilai D atau E. Kalau begitu, mungkin pelabelan seperti di buku rapor SD - SMA (bahwa A adalah amat baik, B baik, C cukup, dst) memang tidak tepat karena terkandung, sekali lagi, unsur subjektivitas. Ternyata banyak kepentingan individu dalam rentang lima huruf tersebut.
Tendensi obsessive compulsive? Rasanya belum. Perfeksionis? Ya. Perfeksionis mutlak dalam arti memang perfeksionis tulen? Mungkin. Perfeksionis karena kondisi yang memaksa? Bisa juga.
Namun kejadian ini sedikit menjadi permenungan untuk saya. Seberapa jauh kita harus menetapkan kriteria untuk menggolongkan yang baik dan yang buruk? Bila melihat teman-teman saya, rasanya ada beragam sekali hal-hal demikian. Mungkin kita harus mempertimbangkan kepentingan-kepentingan apa yang harus diperjuangkan di dalamnya hingga kriteria itu benar-benar menjadi benar-benar milik diri dimana ketika tercapai ada rasa puas yang besar. Rasanya mustahil untuk menyeragamkan seluruh kriteria orang-orang.
Namun banyak orang yang tidak memahami hal ini. Mereka cenderung menilai orang lain berdasarkan kriteria dirinya sendiri. Bukannya tidak boleh, bahkan bisa dimaklumi karena merupakan reaksi otomatis setiap manusia. Hanya janganlah terlalu eksesif sehingga mengganggu orang lain tersebut. Saya percaya setiap orang punya kebebasan untuk menentukan dirinya. Begitu pula dalam nilai, setiap orang memiliki kemampuan dan potensi yang beragam dan oleh karenanya parameter baik dan buruknya pun berbeda.
Oleh karena itu, saya sebisa mungkin menghindari rasa kasihan pada orang lain. Meskipun tetap terbersit dalam diri saya, saya berusaha untuk tidak terlalu menunjukkannya. Kata-kata belasungkawa "wah... sayang ya..." cukup saya hindari. Saya lebih suka diam dalam saat seperti ini. Kalaupun saya harus berkata sesuatu, saya lebih memilih untuk langsung memberikan solusi. Entahlah mungkin orang lain menganggap saya dingin dan tidak peduli tetapi saya sendiri ketika mengalami hal itu dan dikasihani, saya merasa tidak nyaman karena menurut saya, rasa kasihan memberikan label inferioritas pada seseorang. Parahnya, mereka mencari kenyamanan dengan terlalu bergantung pada orang lain, dalam arti secara berlebihan. Bisa mengeluh terus-menerus sampai meminta orang lain untuk mengerjakan urusannya. Sebagai hasilnya, orang itu tidak akan berkembang.
Dua semester berlalu dengan cepat, dan sebentar lagi semester ketiga. Saya berharap kesuksesan selalu mengiringi langkah kita semua. Ciao! (mesti ngerjain tugas Stat II nih!) :)
Posted in: on Saturday, June 18, 2005 at at 9:15 PM 0 comments
Traumarama (Trauma Drama?)
Jumat kemarin, saya dan sahabat saya berbagi mengenai bagian masa lalu yang kami rasa paling menyakitkan dan ingin kami lupakan. Setiap orang memang punya ketraumaan masing-masing dan saya termasuk orang yang selalu ingin lari dari ketraumaan itu. Saya tidak pernah mau membicarakannya dengan siapapun. Walaupun ya, saya hanya memberikan sedikit detail. Orang pertama yang saya beri tahu dengan sedikit lebih mendetail adalah orang yang baru saya kenal selama kira-kira setahun tetapi saya sudah begitu mempercayainya dan saya merasa aman di dekatnya. Pendek kata, saya menganggapnya sebagai kakak saya, dan saya percaya bahwa ia mampu melindungi saya atau setidaknya memberikan rasa aman ketika sewaktu-waktu saya harus berhadapan dengan ketraumaan itu. Orang kedua, sahabat saya, karena saya memang ingin berbagi dengannya. Jauh dalam lubuk hati saya, saya ingin orang yang saya sayangi mengenal saya apa adanya. Saya menyadari sebesar apapun keinginan saya untuk mengubur masa lalu saya itu dalam-dalam, tetap saja ada di situ dan dengan caranya sendiri, mempengaruhi diri saya, terutama dalam hubungan interpersonal. Saya merasa mungkin dengan berbagi, saya dapat meringankan sedikit beban saya. Dan ya, ternyata itu belum cukup, berbagi berbeda dengan menerima dan berhadapan langsung. Saya belum bisa menghadapi ketraumaan saya.
Tentunya saya pernah mencoba untuk menerimanya dengan hati lapang dan berusaha untuk berubah. Namun saya selalu gagal. Ketika bayang masa lalu menghantui, saya lari darinya dan saya mencari alasan-alasan lain untuk menutupi ketakutan saya. Akan tetapi sampai kapan saya harus berlari? Toh, ketika saya berlari, trauma saya masih melekat pada diri saya. Hanya karena saya kencang berlari, trauma itu tidak terlalu terasa (padahal sebenarnya memeluk saya dengan sangat erat). Entahlah, semua orang perlu waktu dan waktu memang diciptakan untuk memberi orang suatu kesempatan, untuk memilih, untuk menentukan dirinya sendiri. Namun waktu selalu ada batasnya dan ada saat dimana manusia harus segera memutuskan. Buat saya, rasanya saya masih perlu waktu walau entah kapan expired.
Posted in: on Sunday, June 12, 2005 at at 5:59 PM 0 comments
Big Yellow Taxi
Counting Crows feat. Vanessa Carlton
They paved paradise and put up a parking lot
With a pink hotel, a boutique, and a swingin' hot spot
Don't it always seem to go
That you don't know what you got 'til it's gone
They paved paradise and put up a parking lot
Ooooh, bop bop bop
Ooooh, bop bop bop
They took all the trees, and put em in a tree museum
And they charged the people a dollar and a half to see them
No, no, no
Don't it always seem to go
That you don't know what you got 'til it's gone
They paved paradise, and put up a parking lot
Ooooh, bop bop bop
Ooooh, bop bop bop
Hey farmer, farmer, put away your DDT
I don't care about spots on my apples,
Leave me the birds and the bees
Please
Don't it always seem to go
That you don't know what you got 'til it's gone
They paved paradise and put up a parking lot
Hey now, they paved paradise to put up a parking lot
Why not?
Ooooh, bop bop bop
Ooooh, bop bop bop
Listen, late last night, I heard the screen door slam
And a big yellow taxi took my girl away
Don't it always seem to go
That you don't know what you got 'til it's gone
They paved paradise and put up a parking lot
Well, don't it always seem to go
That you don't know what you got 'til it's gone
They paved paradise to put up a parking lot Why not?
They paved paradise and put up a parking lot
Hey hey hey
Paved paradise and put up a parking lot
Ooooh, bop bop bop
Ooooh, bop bop bop
I don't wanna give it
Why you wanna give it
Why you wanna giving it all away
Hey, hey, hey
Now you wanna give it
I should wanna give it
Now you wanna giving it all away
Hey, paved paradise to put up a parking lot
Posted in: on at at 5:54 PM 0 comments